Rabu, 21 April 2010

Akhlaq Tasawwuf

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam wacana tasawuf, ma’rifat dianggap sebagai tingkatan tertinggi dalam perjalanan tasawuf. Biasanya ma’rifat dipandang sebagai perolehan kemuliaan para sufi dan merupakan tema sentral dalam tasawuf yang sangat menarik perhatian kaum sufi.
Perolehan ma’rifat merupakan kebanggaan tertinggi yang banyak didambakan para sufi. Upaya pengkhayatan ma’rifat kepada Allah (ma’rifatullah) merupakan tujuan utama dan sekaligus sebagai inti ajaran tasawuf. Oleh karena itu, ma’rifatullah tidak dapat dicapai tanpa melalui suatu proses atau upaya tertentu. Untuk lebih memahami tentang ma’rifat, pada bagian ini pemakalah akan membahasnya lebih jauh.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN MA’RIFAH
Dari segi bahasa ma’rifah berasal dari kata ‘arofa, yu’rifu, ‘irfan, ma’rifah yang artinya pengetahuan atau pengalaman. Ma’rifah adalah pengetahuan yang obyeknya bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi lebih mendalam terhadap batinnya dengan mengetahui rahasianya.
Selanjutnya ma’rifah digunakan untuk menunjukkan pada salah satu tingkatan dalam tasawuf. Dalam arti sufistik ini, ma’rifah diartikan sebagai pengetahuan mengenai Tuhan melalui hati sanubari. Pengetahuan itu demikian lengkap dan jelas sehingga jiwanya merasa satu dengan yang diketahuinya itu, yaitu Tuhan.
Dalam kitab Risalah al Qusyairiyah Imam Abi Qasim berkata :
“Arti ma’rifat menurut pendapat ulama’ ( Bukan ahli Tasawuf) ialah pengetahuan, maka tiap-tiap ilmu itu adalah ma’rifat dan tiap-tiap ma’rifat adalah ilmu. Dan tiap-tiap orang Alim tentang Allah adalah orang Arif dan tiap-tiap orang Arif adalah Alim”.

B. ALAT UNTUK MA”RIFAH
Alat yang digunakan untuk ma’rifah telah ada dalam diri manusia, yaitu qalb (hati). Qalb yang disebutkan disini adalah “Qalb” yang telah dibersihkan dari segala dosa dan maksiat melalui serangkai zikir dan wirid secara teratur akan dapat mengetahui rahasia-rahasia Tuhan yaitu setelah hati tersebut disinari olah cahaya Tuhan.
Proses sampainya qalb pada cahaya Tuhan ini erat kaitannya dengan konsep takhalli, tahalli dan tajalli. Takhalli yaitu mengosongkan diri dari akhlak tercela dan perbuatan maksiat melalui taubat. Hal ini dilanjutkan dengan tahalli yaitu menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dan amal ibadah. Sedangkan tajalli adalah terbukanya hijab, sehingga tampak jelas cahaya Tuhan.
Tajalli merupakan jalan untuk mendapatkan ma’rifah dan terjadi setelah terjadinya al fana yakni hilangnya sifat-sifat dan rasa kemanusiaan dan melebur pada sifat-sifat Tuhan. Alat yang digunakan untuk mencapai tajalli adalah hati yaitu hati yang telah mendapatkan cahaya dari Tuhan.
Dengan limpahan cahaya Tuhan itulah manusia dapat mengetahui rahasia-rahasia yang ada pada Tuhan. Dengan cara demikian ia dapat mengetahui hal-hal yang tidak diketahui oleh manusia biasa. Orang yang sudah mencapai ma’rifah ia memperoleh hubungan langsung dengan sumber ilmu yaitu Allah. Dengan hati yang dilimpahi cahaya, ia dapat diibaratkan seperti orang yang memiliki antenna parabola yang mendapatkan pengetahuan langsung dari Tuhan.

C. TOKOH YANG MENGEMBANGKAN MA’RIFAH
Dalam literatur tasawuf dijumpai dua orang tokoh yang mengenalkan paham ma’rifah ini yaitu Al-Ghazali dan Zun al-Nun al-Misri. Al Ghazali nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad al-Ghazali lahir pada tahun 1059 M di Ghazaleh, suatu kota kecil terletak di dekat Tus di Khurasan. Ia pernah belajar pada imam al-Haramain al-Juwaini, guru besar di madrasah al Nizamiah Nisyafur. Setelah mempelajari ilmu agama, ia mempelajari teologi, ilmu pengetahuan alam, filsafat, dan lain-lain. Akhirnya ia memilih tasawuf sebagai jalan hidupnya. Setelah bertahun-tahun mengembara sebagai sufi ia kembali ke Tus di tahun 1105 M dan meninggal di sana pada tahun 1111 M.
Adapun Zun al-Misri berasal dari Naubah, suatu negeri yang terletak Sudan dan Mesir. Tahun kelahirannya tidak banyak diketahui, yang diketahui hanya tahun wafatnya, yaitu 860 M. Menurut Hamka beliaulah puncaknya kaum sufi dalam abad ke tiga Hijriyah. Beliaulah yang banyak sekali menambahkan jalan buat menuju Tuhan, yaitu mencintai Tuhan, membenci yang sedikit, menuruti garis perintah yang diturunkan, dan takut berpaling dari jalan yang benar.
Mengenai bukti bahwa kedua tokoh tersebut membawa paham ma’rifah dapat diikuti dari pendapat-pendapatnya. Misalnya al-Ghazali mengatakan ma’rifah adalah : النظر الي وجه اللهMemandang kepada wajah (rahasia) Allah.
Seterusnya al-Ghazali menjelaskan bahwa orang yang mempunyai ma’rifah tentang Tuhan yaitu ‘arif, tidak akan mengatakan “Ya Allah” atau “Ya Rabb” karena memanggil Tuhan dengan kata-kata yang serupa ini menyatakan bahwa Tuhan ada di belakang tabir. Orang yang duduk berhadapan dengan temannya tidak akan memanggil temannya itu. Bagi Al-Ghazali ma’rifah urutannya terlebih dahulu dari pada mahabbah.
Adapun ma’rifah yang dimajukan oleh Zun al-Nun al-Misri adalah pengetahuan hakiki tentang Tuhan. Menurutnya ma’rifah hanya terdapat pada kaum sufi yang sanggup melihat Tuhan dengan hati sanubari mereka. Pengetahuan serupa ini hanya diberikan Tuhan kepada kaum sufi. Ma’rifah dimasukkan Tuhan ke dalam hati seorang sufi sehingga hatinya penuh dengan cahaya. Ketika Zun al Nun al Misri ditanya bagaimana ia memperoleh ma’rifah tentang Tuhan, ia menjawab :
عرفت ربي بربي ولولا ربي لما عرفت ربي
“Aku mengetahui Tuhan dengan Tuhan dan sekiranya tidak karena Tuhan aku tak akan tahu Tuhan”
Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa ma’rifah tidak diperoleh begitu saja, tetapi melalui pemberian Tuhan. Ma’rifah bukanlah hasil pemikiran manusia, tetapi tergantung kepada kehendak dan rahmat Tuhan. Ma’rifah adalah pemberian Tuhan kepada sufi yang sanggup menerimanya. Pemberian tersebut dicapai setelah seorang sufi lebih dahulu menunjukkan kerajinan, kepatuhan dan ketaatan mengabdikan diri sebagai hamba Allah dalam beramal secara lahiriah sebagai pengabdian yang dikerjakan oleh tubuh untuk beribadah.

D. TANDA-TANDA ORANG MEMPEROLEH MA’RIFAT
Orang yang memperoleh ma’rifat, tidak sama dengan orang yang tidak memperolehnya. Ada tanda-tanda tertentu dari orang yang memperoleh ma’rifat. Tanda-tanda seseorang yang sudah menjadi ‘arif menurut Zun al Misri adalah sebagai berikut :
“Tanda seorang disebut ‘arif sesungguhnya ada tiga, cahaya al-ma’rifat tidak memadamkan cahaya kewara’annya, dia tidak berkeyakinan bahwa ilmu batin merusak hukum lahir, dan banyaknya nikmat Tuhan tidak mendorongnya menghancurkan tirai-tirai larangan Tuhan”
Menurut Asy Syatibi ciri-ciri ahli ma’rifat atara lain:
“ Berkata Syekh Asy Syatibi, “ Adapun ciri-ciri ahlul ma’rifah ialah orang yang hatinya bagaikan cermin yang dapat terlihat di dalamnya hal-hal ghaib dari pada selain dia, dan sinar hatinya tiada lain kecuali nurul iman dan nurul yaqin (cahaya keyakinan). Atas sekadar kekuatan imannya, bersinarlah nur hatinya. Dan atas kadar kekuatan sinar nur hatinya, dapatlah ia “bermusyawarah” degan al-Haqqu Ta’ala. Dan atas kadar kekuatan Musyahadah, dapatlah ia berma’rifat dengan Asma Allah, Shifatullah. Dan atas kadar kekuatan ma’rifatullah dengan keduanya itu, dapatlah ia mencapai ma’rifat Dzatullah Yang Maha Agung.”

E. PRASYARAT MEMPEROLEH MA’RIFAT
Hati atau Qalb menjadi sarana untuk memperoleh ma’rifat. Qalb lah yang akan mengetahui hakikat pengetahuan karena qalb telah dibekali potensi untuk berdialog dengan Tuhan. Untuk memperoleh ma’rifat seseorang harus melalui upaya-upaya tertentu. Upaya yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :




1. Riyadhah
Riyadhah sering juga disebut sebagai latihan-latihan mistik. Yang dimaksud di sini adalah latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri agar tidak melakukan hal-hal yang mengotori jiwanya. Riyadhah dapat pula berarti proses internalisasi kejiwaan dengan sifat-sifat terpuji dan melatih untuk meninggalkan sifat-sifat jelek.

2. Tafakur
Tafakur penting dilakukan oleh setiap manusia yang menginginkan ma’rifat. Tatkala jiwa telah belajar dan mengolah ilmu, lalu memikirkan (bertafakkur) dan menganalisisnya, pintu kegaiban akan dibukakan untuknya. Menurut al Ghazali orang yang berpikir dengan benar akan menjadi dzawil albab yang terbuka pintu qalbunya sehingga akan mendapat ilham.

3. Tazkiyat an Nafs
Tazkiyat an Nafs adalah proses penyucian jiwa manusia. Proses penyucian jiwa dalam kerangka tasawuf ini dapat dilakukan melalui tahapan takhalli dan tahalli. Tazkiyat an Nafs merupakan inti kegiatan bertasawuf. Sahl bin Abdullah ash Shuffi berpendapat bahwa siapa saja yang pikirannya jernih, ia berada dalam keadaan kontemplatif . Kalangan sufi adalah orang-orang yang senantiasa menyucikan hati dan jiwa .

4. Zikrullah
Pentingnya zikir untuk mendapatkan ilmu ma’rifat didasarkan atas argumentasi tentang peranan zikir tersebut bagi hati. Zikir adalah mengingat, berdasarkan istilah adalah membasahi lidah dengan ucapan ucapan pujian kepada Allah.

BAB III

KESIMPULAN
Dari segi bahasa ma’rifah berasal dari kata ‘arofa, yu’rifu, ‘irfan, ma’rifah yang artinya pengetahuan atau pengalaman. Ma’rifah adalah pengetahuan yang obyeknya bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi lebih mendalam terhadap batinnya dengan mengetahui rahasianya.
Alat yang digunakan untuk ma’rifah telah ada dalam diri manusia, yaitu qalb (hati). Proses sampainya qalb pada cahaya Tuhan ini erat kaitannya dengan konsep takhalli, tahalli dan tajalli.
Dalam literatur tasawuf dijumpai dua orang tokoh yang mengenalkan paham ma’rifah ini yaitu Al-Ghazali dan Zun al-Nun al-Misri. al-Ghazali menjelaskan bahwa orang yang mempunyai ma’rifah tentang Tuhan yaitu ‘arif, tidak akan mengatakan “Ya Allah” atau “Ya Rabb” karena memanggil Tuhan dengan kata-kata yang serupa ini menyatakan bahwa Tuhan ada di belakang tabir. Orang yang duduk berhadapan dengan temannya tidak akan memanggil temannya itu. Adapun ma’rifah yang dimajukan olh Zun al-Nun al-Misri adalah pengetahuan hakiki tentang Tuhan. Menurutnya ma’rifah hanya terdapat pada kaum sufi yang sanggup melihat Tuhan dengan hati sanubari mereka. Pengetahuan serupa ini hanya diberikan Tuhan kepada kaum sufi.
“Tanda seorang disebut ‘arif sesungguhnya ada tiga, cahaya al-ma’rifat tidak memadamkan cahaya kewara’annya, dia tidak berkeyakinan bahwa ilmu batin merusak hukum lahir, dan banyaknya nikmat Tuhan tidak mendorongnya menghancurkan tirai-tirai larangan Tuhan”
Hati atau Qalb menjadi sarana untuk memperoleh ma’rifat. Sedangkan prasyarat untuk memperoleh ma’rifat diantaranya melalui:
1. Riyadhah
2. Tafakur
3. TazkiyatanNafs


DAFTAR PUSTAKA

IAIN Sumatera Utara. 1984. Pengantar Ilmu Taawuf, Sumatera Utara.

Nata, Abuddin. 1996. Akhlak Tasawuf, Jakarta: Rajawali Pers.

Zahri, Mustafa. 1997. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf . Surabaya: Alfabeta PT. Bina Ilmu.

Hamka. 1984 . Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Solihin, M. 2003. Tasawuf Tematik. Bandung: Pustaka Setia.





KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana berkat petunjuk dan hidayah-Nya, akhirnya penulisan makalah yang berjudul “Konsep Ma’rifat Dan Tokoh-Tokohnya” ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis sering dihadapkan oleh berbagai macam kesulitan, baik dalam mencari bahan-bahan sebagai acuan untuk penyelesaian tugas ini ataupun yang lainnya. Namun mengingat hal ini sangat penting untuk dibahas dan diketahui, maka dengan segala usaha akhirnya, dapat terselesaikan. Selain itu penulis juga berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain serta dapat menambah wawasan tentang data-data dalam penelitian.
Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing Bapak Sihabuddin atas arahan-arahan dan bimbingannya dalam penyelesaian makalah ini serta semua pihak yang membantu penyelesaian makalah ini.
Makalah ini tidak lepas dari berbagai macam kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan agar pembaca dapat memberikan saran yang membangun agar lebih terciptanya makalah yang lebih baik. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya.

Surabaya, 18 April 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I Pendahuluan 1
BAB II Pembahasan
A. Pengertian dan Tujuan Ma’rifat ……………………………........ 2
B. Alat Untuk Ma’rifat …………………………………………….. 2
C. Tokoh Yang Mengembangkan Ma’rifat ……………………....... 3
D. Tanda-Tanda Orang memperoleh Ma’rifat …………………….... 5
E. Prasyarat Memperoleh Ma’rifat ………………………………......5
BAB III Kesimpulan …………………………………………………………7
Daftar Pustaka

PPL Sekolah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 7

Mata pelajaran : Bahasa Arab
Satuan Pendidikan : MA Al Miftah
Kelas / Semester : X / Genap
Ketrampilan : Menulis (Struktur)
Alokasi Waktu : 2x45 Menit
I. Standar Kompetensi:
Memahami informasi lisan, Mengungkapkan informasi secara lisan, Memahami wacana tulis dan Mengungkapkan informasi secara tertulis berbentuk paparan atau dialog tentang Hobi
II. Kompetensi Dasar:
• Menulis kata, frasa,dan kalimat dengan huruf, ejaan dan tanda baca yang tepat
• Mengungkapkan gagasan atau pendapat secara tertulis dalam kalimat dengan menggunakan kata, frasa, dan struktur yang benar
III. Indikator:
• Menulis kata-kata, frasa atau kalimat yang didektekan oleh guru
• Menyusun kata / frasa menjadi kalimat dengan struktur yang tepat
• Menyusun frasa/kalimat yang tersedia menjadi wacana
• Membuat wacana/cerita sederhana sesuai tema
IV. Materi Pokok:
Materi Qawaid:
• بعض حروف الجر ومعانيها الكثيرة الورود







V. Uraian Materi
حروف الجر
الأمثال:
1. أحمد يدرس في المدرسة الثانوية
2. يذهب سعيد إلى السوق
3. الوقت كالسيف
4. تكتب فاطمة بالقلمين
5. الفوز للمجتهدين
6. يجب على المسلمين الصلاة
القاعدة:
• من حروف الجر: في، إلى، الكاف، الباء، اللام، على
يجر الاسم المفرد بالكسرة و يجر الاسم المثنى وجمع المذكر السالم بالياء
VI. Metode:
• inquiri
• penugasan
• diskusi
• presentasi
VII. Langkah-langkah Pembelajaran:
NO
Langkah-Langkah Kegiatan Metode Waktu
1







2





















3 Kegiatan Awal

1) Guru mengucapkan salam sebagai pembuka dan menanyakan kabar siswa
2) Guru mengecek kehadiran siswa
3) Guru memberikan informasi tentang materi yang akan disampaikan.meliputi;topik serta tujuan pembelajaran dan ketrampilan menulis
Kegiatan Inti
1) Guru memberi prolog agar siswa berkumpul sesuai dengan kelompok masing-masing
2) Guru memerikasa tugas minggu kemaren
3) Guru bertanya pada siswa yang mereka ketahui dengn huruf jar
4) guru menulis beberapa contoh dipapan dan siswa menulis dibuku
5) Guru menerangkan tentang macam-macam huruh jar dan cara penggunaannya
6) guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya
7) Guru menyuruh siswa mengidentifikasi huruf jar yang ada dalam tugas cerita yang mereka buat
8) guru menunjuk salah satu kelompok untuk menulis kalimat dalam tugas cerita yang mengandung hruf jar
9) guru dan siswa menganalisis bersama kalimat yang ditulis salah satu kelompok dari sisi ketepatan penulisan dan menentukan huruf jar serta cara membaca kalimat keseluruhan
Kegiatan Penutup
1) Guru bersama siswa memberikan kesimpulan terhadap materi yang dipelajari
2) Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran yang baru berlangsung, meliputi kelebihan, kelemahan dan kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran
3) Siswa diberi tugas untuk mencari huruf jara pada surat yang berbeda-beda








Inquiry




Modeling





Diskusi


presentasi









evaluasi



Penugasan
10 menit







70 menit































10 menit





VIII. Sumber/Bahan/Alat Belajar:
a) LKS
b) buku bahasa Arab Toha Putra

IX. Penilaian:
a. Selama proses pembelajaran (pada saat KBM berlangsung)
Jenis : Individu dan kelompok
• Penilaian afektif:
NAMA KOMPONEN Nilai
Kejujuran *
Tingkat keaktifan di kelas
Ketepatan mengumpulkan tugas
Keaktifan dalam diskusi
Jumlah
*jika siswa memiliki komponen tersebut guru memberi tanda chek list ()
• Penilaian kognitif keterampilan membaca
NAMA KOMPONEN
ketepatan penulisan kalimat dengan kaidah jar majrur kesesuaian kaidah penulisan kerapian dalam menulis
Nilai


Mengetahui/menyetujui, Malang, 29 Januari 2009
Guru Bahasa Arab Guru Pengganti




Miftahul Mufid Miftah